Bagi yang Kaya Lockdown Tidak Masalah, Tapi Bagi yang Miskin?
March 26, 2020
Add Comment
Sedangkan di Indonesia, kebijakan ini belum terpikir oleh Presiden Jokowi. Kebijakan ini memang jadi pilihan sulit, karena menyangkut efeknya yang sangat luas, meski ada sisi positifnya pergerakan manusia bisa dikendalikan dengan harapan penularan virus corona bisa ditekan.
Namun, ada banyak aspek bisa dilihat, yaitu soal ketimpangan yang akan terjadi. Bagi kaum berduit kota atau kelas menengah atas, lockdown tak jadi persoalan karena mereka bisa mampu menimbun stok pangan di rumah dalam jumlah besar. Bagaimana dengan orang-orang tak mampu, pengangguran atau orang-orang yang mendapatkan kebutuhan sehari-hari dari kerja harian? dampaknya tentu akan terasa bila lockdown dilakukan.
Hal ini menjadi perhatian dari anggota Dewan Penasihat Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) Tutum Rahanta, mengatakan lockdown tak bisa jadi pilihan begitu saja, karena harus mempertimbangkan solusi dari dampaknya.
"Bagaimana impact-nya, bagi saudara kita yang nggak ada kerja, terutama bagi orang yang biasa mendapat rezeki dari keramaian," kata Tutum kepada CNBC Indonesia.
Menurut Tutum kebijakan lockdown harus benar-benar dipersiapkan, karena konsekuensi saat banyak orang tak bisa keluar rumah maka segala kebutuhan pokok harus tetap tersedia. Ia mencontohkan kebijakan lockdown yang terjadi di Kota Wuhan, asal mula virus corona.
"Kalau di China dilakukan lockdown, setiap orang tak boleh keluar rumah, supermarket tetap tersedia hanya 2 hari sekali dijatah. Lalu pemerintah membuat dapur umum yang disediakan, lalu pemerintah harus beri subsidi bagi pemberi kerja saat lockdown terjadi. Apakah kita tak mampu? tak mampu," kata Tutum.
Secara umum lockdown adalah bisa didefinisikan sebagai pembatasan akses dari dan ke suatu wilayah atau bisa juga pembatasan aktivitas orang sehari-hari. Semua ini bergantung dari seberapa genting dan kebijakan pemerintah masing-masing.
Saat ini wilayah Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek) menjadi wilayah episentrum COVID-19 dan berpotensi terkena lockdown. Jika opsi tersebut dipilih oleh pemerintah, maka lebih dari 10 juta warga Jabodetabek akan diisolasi. Akses dari dan ke Jabodetabek akan sangat dibatasi. Kalau lockdown total, maka askes benar-benar akan ditutup.
Selain akses ke luar yang dibatasi, ada kemungkinan aktivitas setiap orang juga akan sangat dibatasi. Setiap orang akan diminta untuk tinggal di rumah dalam waktu yang tidak diketahui sampai kapan, setiap orang dilarang untuk berkumpul dan membentuk kerumunan.
Bahkan bisa jadi keluar rumah saja dilarang kecuali untuk kegiatan yang benar-benar mendesak seperti mengambil peralatan medis maupun untuk mengambil makanan. Lockdown memang memiliki keuntungan maupun kerugian.
Ditinjau dari sisi positif, lockdown memiliki keuntungan seperti kontrol dan penanganan wabah yang lebih optimal, pencegahan transmisi hingga membantu pelacakan terhadap suspect COVID-19. Ini semua tentu berakibat pada kemungkinan tingkat infeksi dan mortalitas yang lebih rendah hingga beban biaya yang ditanggung untuk kit, peralatan, logistik hingga tenaga medis yang lebih rendah.
Apa yang harus disiapkan bila Lockdown?
Lockdown juga memiliki sisi negatif seperti kecemasan yang memicu panic buying terutama pada barang-barang pokok seperti makanan hingga peralatan medis seperti masker dan hand sanitizer. Jika stok semakin menipis maka kelangkaan bisa terjadi dan ujung-ujungnya harga naik secara gila-gilaan.
Dampak negatif lain dari lockdown adalah aktivitas ekonomi yang lumpuh. Hal ini memicu turunnya produktivitas setiap orang. Aktivitas produksi dan suplai menjadi terganggu. Namun di sisi lain, karena warga masyarakat tetap tinggal di rumah konsumsi pun ikut merosot.
Lockdown juga berpotensi besar membuat orang-orang berbondong-bondong menarik uangnya dari bank dan lebih memilih menyimpannya dalam bentuk cash. Jika ini terjadi tentu likuditas perbankan akan jadi kering kerontang. Ini jelas bahaya besar bagi perekonomian.
opsi lockdown ini bagaikan 'makan buah si malakama'. Dimakan ibu mati, tak dimakan bapak mati. Jika lockdown dilakukan, perekonomian terancam, jika tidak di lockdown jutaan nyawa jadi taruhan.
Apalagi kalau yang di lockdown adalah kota-kota besar yang menggerakkan perekonomian tanah air seperti Jabodetabek. Maka dampak ekonominya bisa sangat signifikan. Namun jika kasus semakin bertambah dengan tak terkendali, lockdown tak bisa dihindarkan.
Lockdown harus dipersiapkan dengan matang. Pertama, adalah batasan lockdown yang harus jelas. Pemerintah harus tegas dalam mendefinisikan lockdown ini, tak boleh setengah-setengah.
Kedua, pemerintah harus menyiapkan segala protokol yang dibutuhkan untuk lockdown. Poin pentingnya adalah, pemerintah harus memastikan keamanan warga masyarakat tetap terjamin. Keamanan ini bukan hanya dari segi keamanan kesehatan dan fisik, tetapi juga keamanan finansial.
Dengan diberlakukannya lockdown, maka jutaan orang terutama yang bekerja di sektor informal akan kehilangan penghasilan. Pemerintah harus menyiapkan stimulus berupa dana tunai untuk diberikan pada kelompok masyarakat ini agar daya belinya tetap terjaga.
Poin kedua yang masih terkait dengan keamanan finansial adalah memastikan bahwa setiap warga masyarakat memperoleh kesempatan yang sama untuk memperoleh makanan dan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau.
0 Response to "Bagi yang Kaya Lockdown Tidak Masalah, Tapi Bagi yang Miskin?"
Post a Comment